Slot Gacor , Slot Gacor , Slot Dana , Mpo Slot
ku mengangguk di samping Johanna sambil meneguk sedikit dari kopi yang disediakan untuk kami.
Kutoleh ke arah luar pondok, hujan masih enggan berhenti di wilayah Manggarai ini. Untung saja aku dan temanku sudah memotret sawah jaring laba-laba yang populer itu sejam lalu di atas bukit, sebelum hujan dengan begitu deras mengguyur.
Sudah empat jam kami berkendara sepeda motor dari Labuan Bajo, dan telah sampai di wilayah Cancar ini. Perjalanan kami masih cukup lama sebelum akhirnya tiba di Bajawa, malam nanti. Temanku mengajak untuk singgah sebentar melihat sawah jaring laba-laba yang memang jadi salah satu ikon wisata Cancar ini.
Disebut demikian, karena di Cancar ini ada lahan sawah yang pematangnya dibentuk menyerupai jaring laba-laba atau orang Flores setempat akan menyebutnya sebagai lodok. Sawah-sawah ini dibagi dengan sistem lingko yang dilakukan oleh Tu’a Teno (Ketua Adat) setempat. Dalam lingko, pembagian lahan sawah dilakukan secara terpusat yang diukur dari titik nol di bagian tengah lahan ulayat (lahan yang hendak dibagikan).
Saat penentuan lodok, diharuskan melakukan upacara adat Tenteatau yang dipimpin oleh Tu’a Teno yang menancapkan kayu teno di ulayat, lalu menumpahkan darah kambing sebagai tanda tanah sudah dibagi secara sah.
Sama seperti Johanna, aku juga tak bisa menutupi rasa takjubku pada sawah jaring laba-laba ini. Mungkin juga mereka yang melihat fotonya viral di media sosial, Cancar menjelma sebagai salah satu wisata unggulan di Flores.
Mendekati pukul tiga sore, Johanna memilih untuk pamit terlebih dulu. Kami jelas berpisah. Dia bersama seorang guide dari Labuan Bajo akan melanjutkan perjalanan ke Ruteng, sedangkan aku dan temanku akan menempuh jalan lebih jauh ke Bajawa karena tujuan kami adalah Desa Bena di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.